Krisis Lautan Plastik Makin Parah, Negara ASEAN Bertindak

Krisis Lautan Plastik Makin Parah, Negara ASEAN Bertindak

Asia Tenggara (ASEAN) menghadapi krisis lingkungan serius: akumulasi plastik laut yang terus meningkat, yang kini berdampak nyata ke ekosistem pesisir, ekonomi perikanan, dan kesehatan masyarakat. Di tengah tantangan besar ini, negara-negara ASEAN mulai mengambil langkah-langkah kerjasama dan regulasi untuk menanggulangi masalah plastik dari hulu ke hilir.

Keparahan Krisis yang Dihadapi

• Sumber plastik laut banyak berasal dari limbah darat, terutama plastik sekali pakai dan sampah yang tidak tertangani dengan baik. Kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah dan kebiasaan pembuangan yang buruk memperburuk kondisi. 

• Dampaknya sangat luas: terumbu karang rusak, biota laut terancam, dan sektor pariwisata pesisir ikut merugi karena pantai dan air laut terkontaminasi plastik. Selain itu mikroplastik dan partikel plastik halus masuk ke dalam rantai makanan, yang kemudian memengaruhi kesehatan manusia. (Imbas dari laporan dan advokasi lingkungan)

Tindakan ASEAN dan Negara Anggota

1. Rencana Aksi Regional dan Deklarasi ASEAN
   ASEAN sudah mengadopsi ASEAN Regional Action Plan for Combating Marine Debris (2021-2025) untuk mengurangi limbah laut plastik melalui kebijakan, pengelolaan limbah, edukasi publik, dan inovasi sektor swasta. 
   Deklarasi Bangkok dan tindakan kawasan lainnya juga mendukung program ini. 

2. Dorongan Indonesia untuk Persetujuan Global
   Dalam pertemuan menteri lingkungan ASEAN (AMME) baru-baru ini, Indonesia mendorong agar ASEAN mendukung perjanjian global untuk menghentikan polusi plastik. Indonesia juga menetapkan target ambisius agar 100% limbah, termasuk plastik, dikelola dengan baik pada tahun 2029. 

3. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Internasional

   • Proyek seperti ASEANO Phase 2: bekerja sama dengan Norwegia untuk memperkuat kapasitas lokal dalam memantau polusi plastik dan memperbaiki kebijakan pengelolaan sampah. 

   • CaRMPAC Project di Vientiane, Laos: peluncuran pedoman teknis dan penilaian situasi untuk mencegah pencemaran plastik dan pelet plastik dari fasilitas industri serta daur ulang informal.

4. Advokasi oleh Organisasi Sipil
   Greenpeace dan organisasi serupa terus memberi tekanan agar negara-negara ASEAN:

   • Melarang plastik sekali pakai. 

   • Memperkuat regulasi pengelolaan sampah plastik. 

   • Meningkatkan kesadaran publik agar ada perubahan kebiasaan sehari-hari.