Indonesia Resmi Jadi Anggota Penuh BRICS: Apa Artinya untuk Ekonomi & Diplomasi?

 

Indonesia Resmi Jadi Anggota Penuh BRICS: Apa Artinya untuk Ekonomi & Diplomasi?

Keanggotaan penuh Indonesia dalam BRICS—blok ekonomi yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan—menandai salah satu langkah geopolitik dan ekonomi paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Setelah bertahun-tahun mempertimbangkan opsi, Indonesia akhirnya bergabung secara resmi, membuka babak baru dalam hubungan internasional dan arah pembangunan ekonomi nasional.

Langkah strategis ini memunculkan banyak pertanyaan: Apa dampaknya bagi perekonomian? Bagaimana posisi Indonesia di mata dunia? Dan apa keuntungan maupun tantangan dari keanggotaan ini?

a. Diversifikasi Arah Ekonomi Global

Selama ini, Indonesia sangat bergantung pada negara Barat untuk investasi dan perdagangan. Masuknya Indonesia ke BRICS membuka peluang:

• Menambah sumber pendanaan alternatif

• Memperluas pasar non-Barat

• Mengurangi ketergantungan pada dolar AS

b. Peluang Akses Pendanaan Murah

Bank pembangunan BRICS, yaitu New Development Bank (NDB), menawarkan pembiayaan infrastruktur dan proyek strategis dengan bunga kompetitif. Indonesia dapat memanfaatkannya untuk:

• Proyek energi terbarukan

• Infrastruktur transportasi

• Pembangunan industri berbasis teknologi

c. Penguatan Posisi Indonesia di Kawasan

Sebagai negara ekonomi terbesar di ASEAN, bergabungnya Indonesia meningkatkan posisi tawar di kawasan dan menjadi jembatan antara ASEAN–BRICS.

a. Investasi Lebih Besar dari Negara BRICS

Negara-negara BRICS memiliki pertumbuhan ekonomi dinamis dan agresif dalam berinvestasi ke negara berkembang. Sektor yang berpotensi mendapat suntikan besar:

• Pertambangan & mineral kritis

• Teknologi & digitalisasi

• Manufaktur dan kendaraan listrik (EV)

• Infrastruktur energi

b. Peluang Ekspor Meluas

Indonesia bisa memanfaatkan pasar besar seperti China, India, dan Brasil untuk ekspor:

• Kelapa sawit

• Batu bara dan nikel

• Produk makanan & minuman

• Produk manufaktur

c. Penguatan Rupiah melalui De-dolarisasi

BRICS mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan. Dengan ini:

• Ketergantungan terhadap dolar AS berkurang

• Volatilitas nilai tukar bisa ditekan

• Sistem pembayaran lintas negara lebih efisien

a. Kekuatan Politik Baru

Masuknya Indonesia menempatkan negara ini dalam lingkaran kekuatan geopolitik non-Barat. Indonesia kini berada pada forum yang mampu:

• Menentang hegemoni ekonomi Barat

• Merumuskan kebijakan global yang lebih inklusif

• Menjadi juru bicara negara berkembang

b. Peran Strategis sebagai “Bridge Builder”

Indonesia selama ini dikenal dengan diplomasi bebas aktif. Di BRICS, Indonesia berpeluang menjadi jembatan antara:

• Barat dan Timur

• ASEAN dan BRICS

• Negara maju dan berkembang

c. Pengaruh terhadap Stabilitas Kawasan

Keanggotaan ini memberi Indonesia posisi lebih tegas dalam isu:

• Laut China Selatan

• Energi global

• Perdagangan multilateral

Meski memiliki banyak potensi, Indonesia juga dihadapkan pada tantangan:

a. Tekanan Diplomatik dari Negara Barat

AS dan negara Eropa mungkin memandang Indonesia condong ke blok Timur. Hal ini bisa berpengaruh pada:

• Akses teknologi tinggi

• Kerja sama pertahanan

• Bantuan ekonomi

b. Persaingan Internal di BRICS

Negara besar seperti China dan India memiliki kepentingan sendiri. Indonesia harus pintar memainkan peran agar tidak hanya jadi “penonton”.

c. Risiko De-dolarisasi Tidak Stabil

Penggunaan mata uang lokal memerlukan:

• Infrastruktur finansial kuat

• Stabilitas ekonomi

• Kepercayaan pasar

Keanggotaan BRICS tidak hanya berdampak pada elite politik, tetapi juga masyarakat. Dampaknya antara lain:

• Potensi lapangan kerja baru dari investasi industri

• Barang impor lebih murah jika memakai mata uang lokal

• Pembangunan infrastruktur lebih cepat

Namun, Indonesia tetap perlu menjaga kehati-hatian agar tidak terjebak dalam ketergantungan geopolitik baru.

Keputusan Indonesia menjadi anggota penuh BRICS merupakan langkah strategis yang dapat mengubah arah ekonomi dan hubungan internasional. Dengan memanfaatkan peluang investasi, perdagangan, dan diplomasi yang terbuka, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai kekuatan ekonomi utama di Asia.

Namun, diplomasi cerdas dan kebijakan ekonomi yang hati-hati tetap diperlukan agar Indonesia tidak terseret dalam rivalitas global dan tetap mempertahankan prinsip bebas aktif.